Branding dan marketing. Kedua Istilah ini sering digunakan untuk konteks yang sama sehingga seringkali membuat bingung. Banyak orang jadi bertanya apakah artinya memang sama? Kalau tidak, apa bedanya? Bagi pemilik merek yang baru masuk ke pasar, mana yang lebih penting dilakukan lebih dulu? Branding atau marketing?
Jawabannya jelas: keduanya berbeda, keduanya penting untuk dilakukan dan harus berurutan.
Perbedaan Branding dan Marketing meliputi konsep berikut:
Branding adalah Why. Marketing adalah How.
Branding untuk kepentingan jangka panjang. Marketing jangka pendek.
Branding untuk gambaran besar. Pemasaran untuk fokus tertentu.
Branding bersifat strategis. Marketing taktis.
Branding dimulai dari dalam perusahaan. Marketing dimulai dari konsumen.
Perusahaan sukses –besar maupun kecil– selalu mementingkan keduanya. Mereka mengkombinasi keduanya dengan kuat dan melakukannya dalam urutan yang benar: Branding dulu baru marketing.
Sekali lagi: Branding dulu baru marketing.
Langsung menjual produk Anda memang menggoda. Toh, tujuan utama bisnis memang itu, dan marketing cuma strategi untuk mengoptimalkannya. Tapi, kalau merek Anda benar-benar baru, Anda punya kelemahan serius. Sebagus dan sekompetitif apapun produk yang Anda tawarkan, kompetitor akan selalu punya cara untuk memberi penawaran bersaing, bahkan dengan produk yang lebih baik. Dan kalau merek mereka juga punya reputasi baik, satu-satunya strategi Anda untuk bersaing dengan mereka hanya dengan menjadi yang paling murah. Bukan strategi bagus untuk mengembangkan bisnis.
Membangun kesadaran merek sebelum menyusun strategi marketing adalah hal yang penting. Konsumen butuh mengerti dulu bagaimana produk atau layanan Anda dapat menyelesaikan masalah mereka. Anda perlu memikirkan cara agar terhubung dengan mereka lalu meyakinkan mereka sampai mereka percaya kalau merek Anda memang bisa menyelesaikan masalah. Semakin cepat Anda berhasil melakukannya, semakin mudah upaya marketing yang Anda lakukan.
Marketing adalah pesan Anda. Branding adalah siapa Anda.
Merek akan menetap di hati dan pikiran konsumen dengan semua persepsi yang melekat padanya. Meski persepsi bisa Anda bentuk lewat strategi branding, namun ia juga dipengaruhi oleh pengalaman konsumen yang bisa sangat bermacam-macam. Anda tidak bisa sepenuhnya dapat mengendalikan ini.
Pola interaksi konsumen dengan sebuah produk dan layanan telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Iklan dan upaya marketing menjadi semakin kurang signifikan karena konsumen saat ini ingin dan punya banyak cara dalam menggali informasi tentang sebuah produk atau merek.
Jika ingin strategi marketing Anda berhasil, Anda harus menginventasikan lebih banyak hal untuk memuaskan keingintahuan mereka hingga ke taraf emosional. Menciptakan pesan yang membentuk hubungan lebih emosional dengan konsumen lewat strategi Branding. Semakin konsumen Anda terikat secara emosional dengan produk dan merek Anda, semakin besar peluang Anda mendapat konsumen.
Menurut riset Havas Media, konsumen tak akan perduli jika 74 persen merek yang ada saat ini tutup. Mereka hanya perduli pada 26% sisanya, yakni semua merek yang berhasil terlibat secara emosionil dengan mereka.
Marketing membantu menemukan dan memotivasi pembeli. Branding menciptakan pelanggan setia.
Merek adalah janji dan pengalaman yang konsumen rasakan. Merek memungkinkan konsumen mengantisipasi apa yang akan mereka dapatkan karena dibangun di atas reputasi yang konsisten. Semakin konsisten reputasi sebuah merek, semakin cepat konsumen dapat diyakinkan.
Marketing adalah tentang membuat orang tertarik pada janji sebuah merek, sedangkan branding adalah bagaimana janji itu selalu ditepati dari waktu ke waktu, membangun reputasi positif yang konsisten. Keduanya sangat penting, keduanya akan menentukan sukses atau tidaknya bisnis Anda.
sumber: mindfire